A great deal can be learned from the actual traces of ancient human locomotion: the footprints of early hominids. The best-known specimens are the remarkable tracks discovered at Laetoli, Tanzania, by Mary Leakey. These were left by small hominids around 3.6 to 3.75 million years ago, according to potassium–argon dates of the volcanic rocks above and below this level. These hominids walked across a stretch of moist volcanic ash, which was subsequently turned to mud by rain, and which then set like concrete.
Examination of the shape of the prints revealed to Mary Leakey that the feet had a raised arch, a rounded heel, a pronounced ball, and a big toe that pointed forward. These features, together with the weight-bearing pressure patterns, resembled the prints of upright-walking modern humans. The pressures exerted along the foot, together with the length of stride, which averaged 87 centimeters, indicated that the hominids had been walking slowly. In short, all the detectable morphological features implied that the feet that left the footprints were very little different from those of contemporary humans.
A detailed study has been made of the prints using photogrammetry, a technique for obtaining measurements through photographs, which created a drawing showing all the curves and contours of the prints. The result emphasized that there were at least seven points of similarity with modern bipedal prints, such as the depth of the heel impression, and the deep imprint of the big toe. M. Day and E. Wickens also took stereophotographs of the Laetoli prints and compared them with modern prints made by men and women in similar soil conditions. Once again, the results furnished possible evidence of bipedalism. Footprints thus provide us not merely with rare impressions of the soft tissue of early hominids, but also with evidence of upright walking that in many ways is clearer than can be obtained from the analysis of bones.
The study of fossil footprints is not restricted to examples from such remote periods. Hundreds of prints are known, for example, in French caves dating from the end of the last ice age, approximately 10,000 years ago. Research by Leon Pales, using detailed silicon resin molds of footprints mostly made by bare feet, has provided information about this period.
---------------------------------------------------------
Banyak hal dapat dipelajari dari jejak nyata pergerakan manusia purba: jejak kaki hominid awal. Spesimen yang paling terkenal adalah jejak luar biasa yang ditemukan di Laetoli, Tanzania, oleh Mary Leakey. Jejak ini ditinggalkan oleh hominid kecil sekitar 3,6 hingga 3,75 juta tahun yang lalu, menurut penanggalan kalium–argon pada batuan vulkanik di atas dan di bawah lapisan ini. Hominid tersebut berjalan melintasi hamparan abu vulkanik lembap, yang kemudian berubah menjadi lumpur karena hujan, dan akhirnya mengeras seperti beton.
Pemeriksaan bentuk jejak kaki mengungkapkan kepada Mary Leakey bahwa kaki tersebut memiliki lengkungan yang terangkat, tumit yang membulat, bagian telapak yang menonjol, dan ibu jari kaki yang mengarah ke depan. Ciri-ciri ini, bersama dengan pola tekanan akibat menahan beban, menyerupai jejak manusia modern yang berjalan tegak. Tekanan yang diberikan di sepanjang telapak kaki, bersama dengan panjang langkah yang rata-rata 87 sentimeter, menunjukkan bahwa hominid tersebut berjalan perlahan. Singkatnya, semua ciri morfologis yang dapat dideteksi menyiratkan bahwa kaki yang meninggalkan jejak tersebut sangat sedikit berbeda dari kaki manusia masa kini.
Sebuah studi rinci telah dilakukan terhadap jejak tersebut menggunakan fotogrametri, sebuah teknik untuk mendapatkan pengukuran melalui foto, yang menghasilkan gambar dengan menunjukkan semua lengkung dan kontur jejak. Hasilnya menekankan bahwa ada sedikitnya tujuh titik kesamaan dengan jejak kaki bipedal modern, seperti kedalaman bekas tumit, dan jejak dalam ibu jari kaki. M. Day dan E. Wickens juga mengambil foto stereo dari jejak Laetoli dan membandingkannya dengan jejak modern yang dibuat oleh pria dan wanita dalam kondisi tanah serupa. Sekali lagi, hasil tersebut memberikan kemungkinan bukti bipedalisme. Dengan demikian, jejak kaki tidak hanya memberi kita kesan langka mengenai jaringan lunak hominid awal, tetapi juga bukti berjalan tegak yang dalam banyak hal lebih jelas dibandingkan analisis tulang.
Studi tentang jejak kaki fosil tidak terbatas pada contoh dari periode yang sangat kuno. Ratusan jejak diketahui, misalnya, di gua-gua Prancis yang berasal dari akhir zaman es terakhir, sekitar 10.000 tahun yang lalu. Penelitian oleh Leon Pales, menggunakan cetakan resin silikon detail dari jejak kaki yang sebagian besar dibuat dengan kaki telanjang, telah memberikan informasi tentang periode ini.
No comments:
Post a Comment