Reading 41 (Contoh Soal): Perhaps the most obvious way artistic creation

Perhaps the most obvious way artistic creation reflects how people live is by mirroring the environment, the materials and technologies available to a culture. Stone, wood, tree bark, clay, and sand are generally available materials. In addition, depending on the locality, other resources may be accessible: shells, horns, gold, copper, and silver. The different uses to which societies put these materials are of interest to anthropologists who may ask, for example, why people choose to use clay and not copper when both items are available. Although there are no conclusive answers yet, the way in which a society views its environment is sometimes apparent in its choice and use of artistic materials. The use of certain metals, for example, may be reserved for ceremonial objects of special importance. Or the belief in the supernatural powers of a stone or tree may cause a sculptor to be sensitive to that material.

What is particularly meaningful to anthropologist is the realization that although the materials available to a society may to some extent limit or influence what it can do artistically, the materials by no means determine what is done. Why does the artist in Japanese society rake sand into patterns; and the artist in Roman society melt sand to form glass? Moreover, even when the same material is used in the same way by members of different societies, the form or style of the work varies enormously from culture to culture. A society may simply choose to represent objects or phenomena that are important to its population. An examination of the art of the Middle Ages tells us something about the medieval preoccupation with theological doctrine. In addition to revealing the primary concerns of a society, the content of that society’s art may also reflect the culture’s social stratification.

-------------------------------------------------------

Mungkin cara yang paling jelas bagaimana penciptaan seni mencerminkan kehidupan manusia adalah dengan meniru lingkungan, bahan, dan teknologi yang tersedia bagi suatu budaya. Batu, kayu, kulit kayu, tanah liat, dan pasir umumnya merupakan bahan yang mudah diperoleh. Selain itu, tergantung pada lokasi, sumber daya lain mungkin dapat diakses: kerang, tanduk, emas, tembaga, dan perak. Beragam penggunaan bahan-bahan ini menarik perhatian para antropolog, yang dapat bertanya, misalnya, mengapa orang memilih menggunakan tanah liat dan bukan tembaga ketika keduanya tersedia. Meskipun belum ada jawaban yang pasti, cara suatu masyarakat memandang lingkungannya terkadang tampak dalam pilihan dan penggunaan bahan artistik. Penggunaan logam tertentu, misalnya, mungkin disediakan untuk benda-benda upacara yang memiliki arti khusus. Atau keyakinan pada kekuatan supranatural dari batu atau pohon dapat membuat seorang pemahat lebih peka terhadap bahan tersebut.

Hal yang sangat bermakna bagi antropolog adalah kesadaran bahwa meskipun bahan-bahan yang tersedia bagi suatu masyarakat dapat sampai batas tertentu membatasi atau memengaruhi apa yang dapat dilakukan secara artistik, bahan-bahan tersebut sama sekali tidak menentukan apa yang benar-benar dikerjakan. Mengapa seniman dalam masyarakat Jepang merapikan pasir menjadi pola, dan seniman dalam masyarakat Romawi melelehkan pasir untuk membentuk kaca? Lebih jauh lagi, meskipun bahan yang sama digunakan dengan cara yang sama oleh anggota dari masyarakat yang berbeda, bentuk atau gaya karya tersebut sangat bervariasi dari budaya ke budaya. Sebuah masyarakat mungkin hanya memilih untuk merepresentasikan objek atau fenomena yang penting bagi penduduknya. Penelitian terhadap seni Abad Pertengahan memberi tahu kita sesuatu tentang perhatian besar masyarakat abad pertengahan terhadap doktrin teologis. Selain mengungkapkan kepentingan utama suatu masyarakat, isi dari seni masyarakat itu juga dapat mencerminkan stratifikasi sosial budayanya.